Sesungguhnya harta itu
indah dan manis,barang siapa mengambilnya dengan benar dan meletakkannya dengan
benar, maka dia sebaik baik penolong. Barang siapa menambilnya dengan cara tidak
benar, maka bagaikan orang yang makan tapi tidak kenyang. HR Bukhari ,Kitab Ar –Riqaq,
Bab MaYuhdaru min Zuhrati Ad dunya wa At Tanatus Fiha.
Patricia B Seybold
dalam The Costumer Revolution : “the succeed in the costumer economy, you’ll
to deliver a total costumer experience
that consistent with your brand personality and brand image across all
interaction touch point and distribution channels. Costumer relationship built
on trust. You build your brand by paying attention to the qualities that matter
to costumers,such a good value, reliable fulfillment and ease of decision making “
“Kami yakin model fashion yang trend saatini dibeberapa manca
negara sebentar lagi akan diikuti oleh masyarakat Indonesia,oleh karena saya
sudah memiliki pasar yang sangat solid tidak lama lagi para principal Insya
Allah akan segera menghubungi kami”,diucapkan dengan nada datar tanpa ada terkesan
ada rasa kesombongan dari bibir seorang pak Arifin (sebut saja begitu ) owner Beautiq
yang terkenal menjual produk fahion dari luxury brand, alias pakaian dan
aksesoris mahal.
Kepiwaaian beliau dalam bisnis
fashion tak diragukan lagi,beliau beranggapan bahwa produk fashion bukan
sekedar penutup aurat namun bisa berarti produk yang berkaitan dengan
aktualisasi diri. Bagi sebagian besar orang indonesia pakian juga merupakan
gaya hidup dan simbol ekspresi diri. Melalui pemahaman yang tepat tentang kondisi
konsumen Indonesia pak Arifin berusaha menyusun strategi pemasaran dengan
sangat rapi untuk membuat gerai “toko” pakaiannya selalu ramai dan berkembang
di masa depan. Memang pasca lulus dari perguruan tinggi beliau melakukan riset
untuk mengukur potensi pasar yang menjadi target marketnya,darisanalah terdapat
kesimpulan bahwa produk luxury brand memiliki
pasar tersendiri asal lengkap dan tidak boleh ketinggalan zaman.
Awal keberhasilan dalam
mengembangkan pasar “luxury -fashion” yang pertama kali menjadi fokus perhatian
adalah kesiapan SDM terutama tenaga penjulan garda terdepan dari usahanya.
Menyadari bahwa bahwa menjual produk mewah tidak bisa dilakukan secara hard
selling beliau mengirim beberapa sales nya untuk mengikuti beberapa pelatihan
pengetahuan dan keterampilan tentang fashion dan sekaligus cara menjualnya
(salesmanship) sehingga diharapkan para tenaga penjualnya dapat menjadi
konsultan bagi pengunjung gerainya.
“Tidak semua pengunjung yang
datang pasti membeli, namun kami tetap sarankan para tenaga penjual untuk tetap
ramah dalam melayani dan sabardalam memberikan penjelasan, para pengujung tidak
serta merta langsung disodori produk atau diarahkan untuk melihat desain
tertentu melainkan diajak berbicara tentang kebutuhan terhadap produk fashion
yang dicarinya,mengingat tidak semua konsumen faham betul terhadap detil fahion
yang sesuai dengan ukuran tubuh dan kebutuhannya tentang eksistensi diri. Menjual barang mewah bukan persoalan harga
tapi kepuasan pelanggan saat mengunjungi gerai,itulah prinsipnya”. Kata Pak
Arifin
“Kami selalu menekankan kepada
para karyawan untuk tidak memandanh sebelah mata terhadap pengunjung yang
datang,bukan saja dari penampilan yang perelente maupun pembelian produk dengan
harga yang mahal namun kami meminta mereka untuk menghargai siapapun pengujung
yang datang ke garai kami,karena kami sadar kita tidak pernah tahu siapa orang
yang berkunjung di gerai kita walaupun
pakaiannya sederhana. Karena setiap pengunjung gerai kami perlakukan dengan
baik para pelanggan pun getok tular untuk memperkenalkan gerai kami secara
gratis,sehingga cukup banyak pengunjung yang datang ke gerai kami”,beliau menutup
pembicaraannya karena selah satu pegawainya mendatangi beliau sambil mengantarkan
konsumen .
0 komentar:
Posting Komentar