Pages

Selasa, 17 November 2015

Peran Takwa Dalam Reklamasi Distorsi Kognitif


“Inna alladziina ittaqaw idzaa massahum thaa-ifun mina alsysyaythaani tadzakkaruu fa-idzaa hum mubshiruuna”.
Sesungguhnya orang orang yang bertakwa apabila merasa ditimpa was was dari setan, mereka segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat  kesalahan kesalahan QS Al A’araf 201.

Membaca judulnya mungkin anda mengerenyitkan alis, menebak  kira kira apa maksudya..?. Walaupun tidak saya terjemahkan dalam arti yang sebenarnya  semoga bisa dimengerti, saya meminjam istilah reklamasi untuk penataan kembali, distorsi untuk pengikisan dan kognitif utuk pola pikir sehingga jika diterjemahkan secara bebas  dn menyeluruh adalah  peran takwa dalam  menata kembali pikiran (pola pikir) yang telah terkikis.


Menurut Beck, Aaron T.  Dalam bukunya Cognitive Therapy and the Emotional Disorders. Internationa l Universities Press Inc., 1975 sebagai berikut  : “Distorsi kognitif adalah berpikiran secara berlebihan dan tidak rasional dan dianggap sebagai suatu kenyataan oleh penderita sehingga dalam perkembangannya dapat mengganggu dinamika psikis  membuat penderita semakin terpuruk oleh pikiran yang tidak jelas”. 
Adapun beberapa gangguan distorsi  dan solusinya sebagai berikut:
1.       Merasa selalu bernasib buruk : “Saya sih merasa sudah melakukan tugas sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, tapi memang saya sudah ditkadirkan apes dan sial sampai kapanpun saya nggak pernah beruntung”. Orang bertakwa akan berpikir ulang tentang kesalahan berpikir ini dengan memperkuat keyakinan bahwa balasan perbuatan baik adalah kebaikan pula jika memang saat itu belum mendapatkannya maka ia bersabar dan yakin  Allah akan membalasnya dikemudian hari.  Jadi renungkan kembali bahwa sebenarnya anda sedang dalam tahapan memperbaiki mutu kehidupan dan bukannya kesialan...!
2.       Menebak Pikiran orang atau keadaan bukan kondisi sebenarnya: “Dia saja yang memang nggak suka sama aku sejak dulu dia memang sentimen jadi buat apa aku harus berbai baik dengannya”. Orang bertakwa justru berupaya merajut kembali tali persaudaraan yang hampir dan sudah terputus dengan kebesaran hati dengan pemberiaan maaf. Kemudian dilanjutkan dengan menjalin kembali sebuah relasi tanpa dendam dan tanpa prasangka, mengenal lebih dekat agar tumbuh kasih sayang.

3.       Memastikan keburukan: “Kalau melihat kondisi seperti ini nggak mungkin perusahaan ini akan bertambah bagus bertambah hancur pasti..!”.   Padahal tidak ada keadaan yang bisa dipastikan oleh manusia dikerenakan ada peran Allah dalam membantu hambanya yang berupaya memperbaiki kualitas nasibnya.  Bukankan Allah  tidak akan mengubah suatu kaum selama kaum itu tidak mau mengubahnya sendiri, patah semangat hanya mendatangkan putus asa dan tidak memiliki harapan akan pertolongan Allah.  Bersambung 

0 komentar:

Posting Komentar