Pages

Senin, 25 Mei 2015

Kisah Sukses Pengusaha Luxury Brand, “Tidak semua pengunjung yang datang pasti membeli !”.

Sesungguhnya harta itu indah dan manis,barang siapa mengambilnya dengan benar dan meletakkannya dengan benar, maka dia sebaik baik penolong. Barang siapa menambilnya dengan cara tidak benar, maka bagaikan orang yang makan tapi tidak kenyang.  HR Bukhari ,Kitab   Ar –Riqaq, Bab MaYuhdaru min Zuhrati Ad dunya wa At Tanatus Fiha.

Patricia B Seybold dalam The Costumer Revolution : “the succeed in the costumer economy, you’ll to  deliver a total costumer experience that consistent with your brand personality and brand image across all interaction touch point and distribution channels. Costumer relationship built on trust. You build your brand by paying attention to the qualities that matter to costumers,such a good value, reliable fulfillment and ease of decision making “


“Kami yakin model  fashion yang trend saatini dibeberapa manca negara sebentar lagi akan diikuti oleh masyarakat Indonesia,oleh karena saya sudah memiliki pasar yang sangat solid tidak lama lagi para principal Insya Allah akan segera menghubungi kami”,diucapkan dengan nada datar tanpa ada terkesan ada rasa kesombongan dari bibir seorang  pak Arifin (sebut saja begitu ) owner Beautiq yang terkenal menjual produk fahion dari luxury brand, alias pakaian dan aksesoris  mahal.  

Kepiwaaian beliau dalam bisnis fashion tak diragukan lagi,beliau beranggapan bahwa produk fashion bukan sekedar penutup aurat namun bisa berarti produk yang berkaitan dengan aktualisasi diri. Bagi sebagian besar orang indonesia pakian juga merupakan gaya hidup dan simbol ekspresi diri. Melalui pemahaman yang tepat tentang kondisi konsumen Indonesia pak Arifin berusaha menyusun strategi pemasaran dengan sangat rapi untuk membuat gerai “toko” pakaiannya selalu ramai dan berkembang di masa depan. Memang pasca lulus dari perguruan tinggi beliau melakukan riset untuk mengukur potensi pasar yang menjadi target marketnya,darisanalah terdapat kesimpulan bahwa produk luxury  brand memiliki pasar tersendiri asal lengkap dan tidak boleh ketinggalan zaman.  

Awal keberhasilan dalam mengembangkan pasar “luxury -fashion” yang pertama kali menjadi fokus perhatian adalah kesiapan SDM terutama tenaga penjulan garda terdepan dari usahanya. Menyadari bahwa bahwa menjual produk mewah tidak bisa dilakukan secara hard selling beliau mengirim beberapa sales nya untuk mengikuti beberapa pelatihan pengetahuan dan keterampilan tentang fashion dan sekaligus cara menjualnya (salesmanship) sehingga diharapkan para tenaga penjualnya dapat menjadi konsultan bagi pengunjung gerainya.

“Tidak semua pengunjung yang datang pasti membeli, namun kami tetap sarankan para tenaga penjual untuk tetap ramah dalam melayani dan sabardalam memberikan penjelasan, para pengujung tidak serta merta langsung disodori produk atau diarahkan untuk melihat desain tertentu melainkan diajak berbicara tentang kebutuhan terhadap produk fashion yang dicarinya,mengingat tidak semua konsumen faham betul terhadap detil fahion yang sesuai dengan ukuran tubuh dan kebutuhannya tentang eksistensi diri.  Menjual barang mewah bukan persoalan harga tapi kepuasan pelanggan saat mengunjungi gerai,itulah prinsipnya”. Kata Pak Arifin


“Kami selalu menekankan kepada para karyawan untuk tidak memandanh sebelah mata terhadap pengunjung yang datang,bukan saja dari penampilan yang perelente maupun pembelian produk dengan harga yang mahal namun kami meminta mereka untuk menghargai siapapun pengujung yang datang ke garai kami,karena kami sadar kita tidak pernah tahu siapa orang yang berkunjung di gerai kita  walaupun pakaiannya sederhana. Karena setiap pengunjung gerai kami perlakukan dengan baik para pelanggan pun getok tular untuk memperkenalkan gerai kami secara gratis,sehingga cukup banyak pengunjung yang datang ke gerai kami”,beliau menutup pembicaraannya karena selah satu pegawainya mendatangi beliau sambil mengantarkan konsumen .

0 komentar:

Posting Komentar